Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti Idawati, memberikan sambutan dan arahan saat membuka Muslim Fashion Show di Hotel Amel Convention Banda Aceh, Selasa (14/12/2021) malam.
|
JBNN.net, BANDA ACEH – Ketua Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Aceh, Dyah Erti Idawati membuka pergelaran Fashion Busana Muslim Karya Desainer Muda Aceh, yang berlangsung di Ballroom Amel Convention Hall Punge, Selasa malam (14/12/2021).
Acara yang prakarsai oleh Dinas Koperasi dan UKM Aceh dimeriahkan dengan penampilan tarian penyambutan dari dataran tinggi Gayo, dan tarian kreasi tradisional dari sanggar anak muda Aceh. Kemudian acara dilanjutkan dengan fashion talk bersama pelaku sekaligus desainer busana asal Aceh Khairul Fajri Yahya (Ija Krong), Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti Idawati, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Aceh, Helvizar Ibrahim, dan Akademis sekaligus pemerhati ekonomi fesyen, Nasir.
Dalam sambutannya, Dyah mengatakan seiring merebaknya trend halal lifestyle secara global, sudah seharusnya Aceh sebagai satu-satunya provinsi yang menerapkan syariat Islam tampil dan mengambil peluang itu untuk menjadi kiblat fashion muslim di Indonesia. “Beberapa tahun terakhir, tren busana muslim Indonesia terus meningkat, dan berdasarkan data, Indonesia sendiri menjadi konsumen busana muslim terbesar ketiga di dunia,” kata Dyah.
Melihat besarnya animo masyarakat Indonesia terhadap fesyen muslim, menjadikan hal itu sebagai peluang besar untuk pasar busana muslim di negara dengan populasi muslim tertinggi di dunia itu cukup potensial untuk terus dikembangkan.
Bahkan kata Dyah, bukan hanya menjadi tujuan pasar, namun Indonesia juga diakui sebagai negara pengembang busana muslim terbaik ketiga dunia, setelah Uni Emirat Arab dan Turki, berdasarkan laporan dari State of the Global Islamic Economy, di tahun 2019-2020. “Jadi semua harus diimbangi dengan kemunculan produk-produk lokal. Artinya produk-produk busana muslim karya para desainer lokal harus berani unjuk gigi dan bersaing dengan produk-produk luar,” kata Dyah.
Karena itu, kata Dyah, keberanian itulah yang terus digugah oleh Dekranasda Aceh agar para desainer muda terus berkarya dalam balutan syariat Islam. Tentunya, dengan memunculkan keunikan dari kearifan lokal di Aceh ke dalam produk-produk busana muslim kreasi desainer lokal itu. “Aceh memiliki peluang besar untuk turun dalam adu saing produk busana muslim. Oleh karena itu, para desainer Aceh mulai sekarang harus terbiasa berpikir out of the box, agar semakin banyak ide dan kreativitas yang muncul,” pungkas Dyah.
Pada kesempatan itu, Ia juga mengajak masyarakat Aceh, untuk lebih mencintai produk lokal dengan ikut menggalakkan budaya membela dan membeli produk UMKM Aceh.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Aceh, Helvizar Ibrahim, menuturkan pendemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat pertumbuhan ekonomi terhambat. Akibatnya, banyak berimbas pada perekonomian masyarakat terutama UMKM.
Ia mengatakan, industri fashion muslim saat ini, sedang banyak digandrungi di dunia, seiring tren halal lifestyle semakin diminati. Terlebih Aceh sebagai daerah syariah yang tentunya mempunyai pengaruh besar pada segmentasi pasar muslim.
Melihat potensi usaha yang cukup menjanjikan, maka, pemulihan ekonomi pasca Covid-19 akan dimulai dari pengembangan dunia busana muslim. Sehingga diharapkan dapat menjadi lokomotif ekonomi baru bagi para pelaku UMKM khususnya pada fesyen di Aceh.