JBNN.Net | Program beasiswa pemerintah di Aceh menghadapi tantangan serius akibat keterbatasan anggaran, yang mengakibatkan penurunan jumlah beasiswa yang diberikan dari tahun 2021 hingga 2024.
Program ini, yang sebelumnya menyasar mahasiswa yang menempuh pendidikan di tingkat diploma (D3), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan pelatihan medis khusus, mengalami penurunan alokasi dana,terutama dari Dana Otonomi Khusus (Otsus) Aceh
Kepala Bidang Pengembangan SDM dan Kerjasama, dr. CHalili Putera, Menjelaskan Bahwa Pada tahun 2021, program ini masih mempertahankan alokasi 2% dari Otsus memungkinkan berbagai macam jenis beasiswa, termasuk beasiswa prestisius Aceh Carong. Namun, pada tahun 2022, alokasi Otsus telah turun menjadi 1%, berdampak signifikan terhadap operasional program beasiswa.
Akibatnya, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) di Aceh menghadapi tantangan dalam menjaga keberlangsungan inisiatif beasiswa, karena pendanaannya utamanya bergantung pada Otsus
Pengurangan anggaran memaksa pengambilan keputusan sulit terkait seleksi beasiswa.
“Pada tahun 2022, BPSDM memutuskan untuk tidak membuka pendaftaran beasiswa baru, mendorong upaya advokasi dari kepemimpinan agensi, terutama Kepala BPSDM Aceh. Melalui pertemuan dengan Komisi V DPR Aceh, ada dorongan kolektif untuk mendapatkan tambahan dana untuk beasiswa Aceh Carong.
Untungnya, upaya advokasi tersebut membuahkan hasil, menghasilkan penambahan anggaran dan pembukaan kembali seleksi beasiswa untuk program diploma Aceh Carong pada tahun 2022.
Namun, anggaran tambahan tersebut utamanya dialokasikan untuk melanjutkan pembayaran beasiswa kepada penerima yang sudah ada.
“Alokasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa penerima beasiswa yang sedang berlangsung, yang sudah mendapatkan manfaat dari program beasiswa, dapat menyelesaikan studi mereka tanpa gangguan”,sebutnya
Selain itu akibat pengurangan dana beasiswa tadi BPSDM Aceh tidak ada seleksi beasiswa baru yang dilakukan pada tahun 2023 dan 2024, semakin memperketat kriteria kelayakan untuk penyaluran beasiswa.
Melihat ke depan, prospek untuk inisiatif beasiswa di masa depan masih belum pasti. Meskipun demikan ada optimisme untuk pembukaan dan potensial pada tahun 2025, hal itu sangat bergantung pada persetujuan dan penggunaan tepat waktu dari dana abadi yang diajukan.
Itu sebabnya, Walau terjadi penurunan dana yang tersedia, BPSDM Aceh tetap berkomitmen untuk mendukung mahasiswa dalam upaya pendidikan mereka, dengan memprioritaskan kelanjutan beasiswa yang sedang berlangsung daripada seleksi baru.
Dampak dari kendala anggaran terhadap penerima beasiswa tidak dapat dipungkiri. Dengan sedikit kesempatan bagi calon penerima baru, beban penyelesaian studi jatuh kepada penerima yang sudah ada untuk menyelesaikan studi mereka dengan tepat waktu.
Karena itu Chalili berharap para pemangku kepentingan terus mendorong pentingnya investasi dalam pendidikan sebagai sarana untuk memberdayakan generasi masa depan dan mendorong pembangunan sosial-ekonomi di Aceh.
“Kita berharapada optimisme bahwa upaya kolaboratif dan perencanaan strategis akan membuka jalan bagi program beasiswa yang lebih tangguh dan inklusif dalam beberapa tahun ke depan”,ujarnya.