Harapan Baru Kemajuan Aceh Di Tangan Generasi Muda

Teuku Muhammad Sufli Darus,S.M Cicit Teuku Haji Chiek Lamkuta ( Dewan Pengawas Lembaga KBTC Samudera Pasai ) Dan juga Sebagai HUMAS PT.Korina Refinery Aceh Mengatakan kepada Muliansyah, ST Toko Muda Aceh Tamiang.

Generasi Muda khususnya harus Memupuk Rasa Cinta Terhadap adat dan Budaya aceh. Di tengah hiruk pikuk teknologi digital sekarang ini. Adat dan budaya Aceh cenderung terlupakan, sedikit sekali generasi muda yg tertarik untuk melibatkan diri dalam pelestarian adat dan budaya.

Bacaan Lainnya

Karena itu, kecintaan terhadap adat dan budaya Aceh haruslah selalu dipupuk agar tak lekang ditelan peradaban modern, terutama bagi generasi muda.

Kita semua harus mendorong generasi muda Aceh, agar mencintai adat dan budaya kita sendiri. Harus ada generasi penerus yg peduli akan hal ini. Agama Islam menjadi perekat sekaligus pengendali semua budaya Aceh yg berasal dari beragam etnis atau suku,keberagaman adat dan budaya merupakan aset terbesar bagi Aceh dari segi kekayaan budaya. Karena itu, alangkah baiknya Teuku Muhammad Sufli Darus,S.M mengajak semua Generasi untuk terus mendukung dan melestarikannya.

Fenomena yang terjadi saat ini sudah sangat jauh menyimpang dari slogan-slogan tersebut. Islam sebagai ruh, karakter dan jati diri orang Aceh seakan hilang ditelan bumi. Budaya modernisasi telah mempengaruhi generasi muda kita dari berbagai aspek. Bila ini kita biarkan maka karakter dan budaya Aceh yang islami akan hilang dengan sendirinya, Aceh akan memasuki peradaban semu (suatu peradaban yang rapuh, yang jauh dari norma agama dan nilai budaya).

Salah satunya seperti Bahasa Aceh, Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menunjukkan identitas suatu peradaban. Bila tidak kita lestarikan, maka peradaban ini akan hilang. Sungguh sangat menyedihkan manakala masyarakat Aceh sekarang Generasi muda merasa ‘minder’ berbahasa Aceh.

Bahkan sebagian ada yang merasa malu mengakui diri sebagai orang Aceh. Banyak saya temui generasi muda merasa gengsi berbahasa Aceh dan berlogat Aceh dianggap kampungan, disepelekan dan sering menjadi ejekan di antara teman-temannya, terutama yang putri. Seharusnya ini tak boleh terjadi, entah dari mana awalnya sehingga mereka merasa malu berbahasa dan berlogat Aceh.

Mari bangga lagi dengan keacehan kita, siapa lagi yang akan melestarikan adat dan budaya kita? Siapa lagi yang akan menyelamatkan peradaban ini? Generasi Mudalah harapan satu-satunya bangsa ini.

Semoga generasi muda Aceh bisa menemukan kembali karakter dan identitasnya, tidak terseret arus modernisasi dalam peradaban semu. Amin.

Penulis – Muliansyah ST, Tokoh Muda Aceh Tamiang.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *