Pemilihan Walikota Banda Aceh 2024: Pertarungan Ketat dan Tantangan Mempengaruhi Pemilih

Oleh: Usman Lamreung, Pengamat Politik dan Kebijakan Publik Aceh

Pemilihan kepala daerah tahun 2024 di Aceh telah memasuki tahap krusial, yakni pemeriksaan kesehatan para bakal calon. Setelah tahapan ini, para bakal calon Gubernur, Bupati, dan Walikota akan ditetapkan secara resmi, diikuti dengan penetapan nomor urut dan kampanye. Saat ini, para bakal calon tengah fokus menyusun strategi dan taktik untuk mempengaruhi pemilih, terutama di tingkat basis dan akar rumput.

Di Banda Aceh, empat pasangan bakal calon Walikota-Wakil Walikota telah mendaftar ke Komisi Pemilihan Independen (KIP) Banda Aceh. Tiga pasangan diusung oleh partai politik, yaitu Aminullah Usman – Isnaini Husda (PAN, Demokrat, PKB), Illiza Sa’aduddin Djamal – Afdhal (PPP, Gerindra), dan Teuku Irwan Johan – Khairul Amal (PKS, Nasdem). Sementara satu pasangan lainnya, Zainal Arifin – Mulia Rahman, maju melalui jalur independen.

Persaingan keempat pasangan bakal calon diprediksi akan berlangsung ketat. Masing-masing pasangan memiliki basis militan yang kuat, terutama dari dukungan partai politik. Koalisi PAN, Demokrat, dan PKB yang mendukung Aminullah Usman – Isnaini Husda, dengan total 11 kursi hasil pemilihan legislatif, memiliki modal politik yang signifikan. Mesin politik PAN dan Demokrat telah teruji selama tiga dekade, menjadikan mereka kekuatan dominan di Banda Aceh.

Di sisi lain, pasangan Illiza Sa’aduddin Djamal – Afdhal yang didukung PPP dan Gerindra, serta pasangan Teuku Irwan Johan – Khairul Amal yang didukung PKS dan Nasdem, memiliki modal politik yang hampir setara, masing-masing dengan 9 dan 10 kursi di DPRK. Kedua pasangan ini juga memiliki pendukung militan yang solid, berkat pengalaman dan relawan yang loyal dari pemilihan-pemilihan sebelumnya.

Namun, tantangan terbesar justru dihadapi pasangan Zainal Arifin – Mulia Rahman yang maju melalui jalur independen. Tanpa dukungan infrastruktur partai politik, mereka harus membangun pranata politik dari awal dan merekrut pendukung, yang tentunya menguras modal ekonomi dan tenaga.

Selain persaingan antar infrastruktur politik, keempat pasangan bakal calon juga dihadapkan pada tantangan besar dalam meraih hati pemilih Banda Aceh yang dikenal tradisional rasional dan rasional. Pemilih cenderung menentukan pilihan setelah melihat gagasan, visi, dan program yang ditawarkan oleh para calon. Dalam konteks ini, kemampuan menyampaikan solusi atas berbagai permasalahan kota, seperti tata ruang, penataan kawasan, pengembangan pariwisata, dan implementasi syariat Islam, menjadi kunci utama.

Untuk memenangkan hati pemilih, para bakal calon harus memahami dengan mendalam apa yang diinginkan oleh warga Banda Aceh. Penyampaian visi dan program yang konkret, serta kemampuan menyakinkan warga bahwa mereka adalah solusi terbaik bagi kota ini, akan menjadi penentu utama dalam kontestasi politik yang kian memanas.

Pertarungan politik Banda Aceh tahun ini bukan hanya soal siapa yang memiliki modal politik terbesar, tetapi juga tentang siapa yang mampu menyentuh hati pemilih dengan gagasan yang relevan dan solutif bagi masa depan Banda Aceh.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *