JBNN.Net | Plt Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aceh Besar, dr. Susi Mahdalena, M.K.M, menegaskan bahwa kelangkaan obat di Rumah Sakit tersebut tidak seperti yang dipikirkan banyak orang.
Menurutnya, meskipun sempat mengalami kelangkaan, RSUD Aceh Besar tetap dapat melayani pasien yang berobat. Saat ini, kelangkaan obat di RSUD Aceh Besar sudah teratasi dan operasional berjalan normal seperti biasanya.
Ia menjelaskan bahwa rumah sakit selalu melakukan pembelian obat setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan.
“Di bulan November dan Desember, sempat terjadi kelangkaan obat karena masalah anggaran yang menunggu persetujuan dari pihak berwenang. Hal ini menyebabkan pembelian obat di atas tanggal 15 Desember tidak bisa dibayar hingga anggaran disetujui di bulan Januari”, ujar Susi Sabtu 25 Mei 2024
Meskipun demikian, RSUD Aceh Besar berhasil mengatasi kendala tersebut dengan mencari distributor lain di luar e-katalog untuk memastikan ketersediaan obat.
dr. Susi Mahdalena menekankan bahwa pembelian obat dilakukan secara bebas dan tidak melalui prosedur e-katalog yang biasanya memakan waktu. Solusi ini memungkinkan rumah sakit untuk tetap memenuhi kebutuhan obat, meskipun dalam jumlah yang terbatas.
Dalam kondisi kekurangan obat, RSUD Aceh Besar memberikan alternatif kepada pasien. Pasien diberi tahu bahwa obat yang sama dapat diganti dengan obat lain yang memiliki khasiat serupa, meskipun warna atau kemasannya berbeda. Hal ini dilakukan untuk memastikan pasien tetap mendapatkan pengobatan yang diperlukan.
Dijelaskan, Pada awal tahun 2024 RSUD Aceh Besar juga mempercepat proses review utang kepada inspektorat untuk memastikan pencairan anggaran dan pembayaran obat dapat dilakukan tepat waktu. dr. Susi Mahdalena menyebutkan bahwa rumah sakit dalam keadaan darurat mengambil langkah proaktif dengan langsung berkoordinasi dengan inspektorat untuk mempercepat proses ini.
Ia menambahkan bahwa kelangkaan obat yang diberitakan tidak sebesar yang dibayangkan. Obat-obatan seperti paracetamol masih tersedia, dan kekurangan yang terjadi tidak menyebabkan pelayanan rumah sakit terganggu secara signifikan. RSUD Aceh Besar juga memiliki mekanisme pinjam-meminjam obat dengan rumah sakit lain untuk mengatasi kekurangan sementara, meskipun hal ini bukan solusi jangka panjang.
dr. Susi Mahdalena memberikan contoh bahwa pada bulan puasa yang lalu, terjadi kekurangan alat dan obat di rumah sakit lain, sehingga mereka merujuk pasien ke RSUD Aceh Besar.
Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Aceh Besar siap membantu dan mengatasi kendala obat dan alat medis yang ada.
Dengan langkah-langkah yang diambil, RSUD Aceh Besar berhasil mengatasi kelangkaan obat dan memastikan pelayanan kepada pasien berjalan baik dan normal kembali.