Teuku Muhammad Sufli Darus,S.M Cicit Teuku Haji Chiek Lamkuta ( Dewan Pengawas Lembaga KBTC Samudera Pasai ) Dan juga Sebagai HUMAS PT.Korina Refinery Aceh Mengutarakan keresahan nya kepada Muliansyah, ST ,-politisi Muda Aceh Tamiang.
Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal.Generasi muda semoga tidak apatis dan jangan sampai antipati dalam berpolitik.
Bagaimana memajukan Aceh tentunya dengan melakukan sesuatu. Tanpa melakukan sesuatu maka Aceh tidak akan pernah berubah ke arah yang lebih baik. Lebih baik dari saat ini tidak mungkin diperoleh apalagi mencapai kejayaan seperti era kesultanan.
Peran politik hanya mengandalkan pengusaha, maka yang berjalan adalah profit politik bukan sharing politik moral.
Politik tanpa moral, maka wilayah kekuasaan akan terlihat seperti kandang binatang buas, yang muncul adalah kompetisi tanpa batas, bahkan nyawa pun tidak ada harganya. Dan ini dalam dekade terakhir sudah berlaku di Aceh, memandang politik adalah segalanya hingga nilai-nilai kemanusiaan hilang. Ini terjadi sebab politik tanpa moral diperankan oleh orang-orang yang tidak memiliki niat baik dan tidak tahu pula bagaimana cara memerankan politik yang baik.
Pasca MoU Helsinki 18 tahun yang lalu berakhirnya konflik perang dengan Pemerintah Republik Indonesia tidak menjadikan konflik ide di tatanan bawah berhenti, bahkan konflik horizontal pasca perdamaian semakin hari semakin tumbuh antara pihak-pihak yang berkepentingan secara politik. Dan ini harus dicari jalan keluarnya.
Berkonflik dengan musuh mudah untuk didamaikan, sementara berkonflik dengan sesama sangatlah sukar dicari jalan keluarnya. Memperbaiki hal buruk harus dimulai dari merubah prilaku.
Suksesnya pendidikan di Aceh juga berpengaruh dengan kesuksesan politik. Tentunya politik yang bermartabat melahirkan tokoh yang tidak hanya mengerti persoalan negara tetapi juga memiliki moralitas yang baik. Tokoh yang memiliki dedikasi tinggi mesti dikader dari Aceh, sehingga Aceh tidak seperti katak dalam tempurung, giliran di Aceh garang seperti singa namun lemah saat berhadapan dengan Pemerintah Pusat dalam perkara lobi anggaran dan lobi politik pasca perdamaian Helsinki.
Menjelang pemilu, alih-alih mengembangkan partisipasi politik kritis, disinyalir sebagian besar anak muda cenderung apatis terhadap isu sosial dan politik. Ada kesenjangan digital yang terjadi di kalangan anak muda.
Lebih lanjut kata Teuku Muhammad Sufli Darus Untuk memunculkan dan meningkatkan partisipasi politik anak muda, banyak agenda yang harus diselesaikan.
Menumbuhkan kepekaan anak muda agar bersikap kritis terhadap kekuasaan niscaya membutuhkan upaya yang serius dari banyak pihak, mulai dari peran partai politik, peran media masa, pendidikan politik dari kampus, hingga komitmen pemerintah.
Penulis : Muliansyah, ST. -Tokoh politisi Muda Aceh.