JBNN.Net | Wakil Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia (Wamenkominfo RI), Nezar Patria, mengungkapkan bahwa jurnalisme saat ini berada di persimpangan jalan karena tantangan besar dari media sosial.
Hal itu disampaikannya dalam acara “Peugrob Nezar” yang mengangkat topik Jurnalisme, Wirausaha Digital, dan Ekosistem Startup, di Banda Aceh, Jum’at (29/3/2024).
“Generasi Z dan milenial memiliki cara yang berbeda dalam menyikapi media, ada perbedaan pola dalam mengkonsumsi informasi,” ujar Nezar.
Menurutnya, perubahan pola konsumsi informasi ini dapat mengurangi peran media mainstream yang selama ini dikenal sebagai pembawa good journalism.
“Bukan karena kualitas mereka menurun, tetapi karena ada perubahan pada perilaku pembaca-pembaca muda ini,” ungkap Nezar.
Selain itu, dengan platform media sosial setiap orang sering memproduksi informasi, sekaligus mengkonsumsi informasi, yang juga membuat pukulan kuat terhadap industri media mainstream terutama yang mengusung jurnalisme berkualitas.
Dengan kemudahan akses platform media sosial, lanjutnya, setiap individu kini dapat memproduksi sekaligus mengkonsumsi informasi, memberikan dampak signifikan terhadap industri media yang mengutamakan jurnalisme berkualitas.
“Jadi, industri media harus berjuang menghadapi dominasi media sosial ini,” tambah Nezar.
Ia juga menekankan pentingnya verifikasi dalam jurnalisme sebagai garis pemisah antara informasi yang dihasilkan di media sosial tanpa validasi dan jurnalisme yang selalu menguji fakta sebelum publikasi.
“Verifikasi ini lah menjadi garis pembatas, antara informasi yang dihasilkan di media sosial yang mungkin tidak pernah mengecek atau melakukan validasi ulang terhadap informasi yang diterima, dengan produk jurnalisme yang selalu mencoba menguji fakta informasi yang didapatkan sebelum dipublish,” tuturnya.
Karena itu, Nezar berharap kesadaran akan pentingnya jurnalisme berkualitas di tengah maraknya informasi yang dihasilkan oleh media sosial harus terus ditingkatkan.
“Tanpa jurnalisme, kita berpotensi mengalami kekacauan informasi,” pungkas Wamenkominfo, Nezar Patria menyoroti risiko hilangnya jurnalisme dalam menghadapi hoax, disinformasi, dan misinformasi.