Warga Pesisir Aceh Tamiang di Kecamatan Bendahara sedang duduk di teras rumahnya yang tergenang banjir, Kamis (6/1/2022) [Foto/3ndrik] |
JBNN.net, Aceh Tamiang – Sejumlah masyarakat pesisir Aceh Tamiang yang menjadi korban banjir menagih janji pemerintah memperbaiki tanggul. Keberadaan tanggul ditegaskan warga lebih utama dibanding bantuan kebutuhan bahan pokok.
Keluh-kesah ini disampaikan sejumlah masyarakat Telukhalban dan Rantaupakam, dua kampung di Kecamatan Bendahara yang merasakan dampak banjir terparah. Hingga Rabu (5/1/2022) petang, banjir di kawasan ini masih meluas dan merendam sebagian permukiman.
Masyarakat Aceh Tamiang sedang memantau kondisi banjir, Kamis (6/1/2022) [Foto/3ndrik] |
“Kalau cuma banjir biasa saja, agak lumayan, ini lihatlah, airnya mengalir macam di sungai,” kata Mahyani (39), warga Telukhalban yang harus mengungsi ke rumah kerabatnya.
Mahyani pun mengingat kembali kunjungan Gubernur Aceh bersama unsur Forkopimda Aceh melihat kerusakan tanggul pada 2019. Menurutnya ketika itu, Gubernur yang didampingi Kapolda, Pangdam Iskandar Muda, Kajati dan pejabat lainnya berjanji akan segera membenahi bibir sungai untuk mencegah luapan sungai.
“Setelah pak gubernur, datang juga istri pak gubernur ke sini, nengok-nengok tanggul juga, tapi sampai sekarang tidak ada yang diperbaiki,” ungkapnya.
Ibu lima anak ini pun berharap tidak ada lagi pejabat yang datang hanya untuk meninjau tanpa melakukan perbaikan. “Kalau cuma datang bawa sembako sebaiknya tidak usah, yang kami butuhkan tanggul, itu yang paling penting,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Tajuddin (72) warga yang rumahnya persis di sisi tanggul. Diakuinya beberapa kali kerusakan tanggul yang tergerus banjir diperbaiki oleh pihak kecamatan, namun tidak optimal karena tidak dilakukan secara menyeluruh.
“Kalau cuma ditimbun pasti longsor lagi, harusnya dikuatkan dulu pondasi dasarnya biar tidak longsor,” kata Tajuddin.
Banjir di Telukhalban dan Rantaupakam memang disebabkan tanggul di dua kampung itu jebol sejak beberapa tahun lalu.
Kerusakan ini menyebabkan arus sungai yang harusnya mengalir ke hilir berubah arah ke permukiman.
Derasnya arus banjir ini bukan hanya membuat rumah terendam, namun beberapa bangunan juga rusak dan roboh.
Sekretaris Kampung Telukhalban, Abdullah Boyak ketika ditemui di lokasi banjir menjelaskan bangunan roboh merupakan kios milik Maimunah. Kios semi permanen itu hanya menyisakan pondasi batu bata setelah dihantam gelombang banjir pada Senin (3/1/2022).
“Satunya lagi rumah ibu Siti Sarah, dapur dia sudah hampir ambruk. Sampai sekarang air sungai masih masuk dari dapur dia. Takutnya hanyut,” kata dia.
Titik Rusak Bertambah
Kerusakan tanggul di Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang disebut semakin bertambah akibat gelombang banjir yang belum surut hingga Rabu (5/1/2022) petang.
Datok Penghulu Kampung Rantaupakam, Ruslan menyebut awalnya kerusakan tanggul di wilayahnya hanya dua titik. Namun dalam empat hari terakhir, titik kerusakan ini bertambah menjadi enam titik.
“Maksudnya enam ini kerusakan besar, kalau kerusakan kecil ya banyak,” kata Ruslan.
Kondisi lebih parah disampaikan Datok Penghulu Kampung Telukhalban, Amril yang menegaskan seluruh tanggul di sepanjang desanya sudah tidak bisa digunakan akibat sudah lebih rendah dari bibir sungai.
Padahal kata dia, kerusakan tanggul di desanya hanya dua titik.
“Setiap tahun bisa empat kali banjir, padahal hujan tidak deras. Ini akibat tanggul sudah lebih rendah dari sungai,” kata Amril.[3ndrik]