JBNN.net, LOMBOK – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh Dyah Erti Idawati, mengunjungi Galeri Mutiara Riana Meilia Lombok NTB Pearl, di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (4/12/2021).
Pada kunjungan itu, Dyah menyempatkan melihat berbagai koleksi perhiasan berbahan mutiara, kulit kerang, ikat perak, emas, dan berlian yang dipamerkan pada pusat penjualan kerajinan mutiara itu.
“Semuanya sangat bagus dan ini karena kita memang sedang melakukan studi banding, Insya Allah bisa menginspirasi Dekranasda Aceh untuk bisa maju,” sebut Dyah,
Dalam kesempatan tersebut, Dyah tampak berbincang-bincang dengan pengelola galeri Riana Meilia, ia merupakan pengusaha mutiara asal Mataram, NTB. Dari tangan tangan dinginya telah menghasilkan berbagai produk kerajinan berbahan dasar mutiara, kulit kerang, perak, emas dan bahkan berlian terlihat menawan dan indah.
“Sekarang kita sudah mulai mix mutiara kulit kerang dengan kayu untuk di jadikan berbagai kerajinan,” kata Riana Meilia.
Untuk desain setiap produk kerajinan yang dipamerkan di galleri itu, Riana mengaku semua merupakan hasil rancangannya sendiri yang kemudian ia serahkan kepada pengrajin untuk dikerjakan menjadi beragam perhiasan mulai dari kalung, bros, gelang, anting dan cincin dengan harga yang cukup variatif.
“Setalah selesai di tangan pengrajin, saya marketkan sendiri, minimal ke Jakarta,” sebutnya.
Ia menuturkan, berawal dari kegemaran terhadap mutiara, wanita asli Lombok ini mulai tekun mengembangkan bisnis pearls lokal di tahun 2000-an, setelah ia mengantongi restu dan dukungan dari suami dan orang tuanya.
Berkat ketekunannya dalam berbisnis mutiara, Riana mulai menuai hasil dengan perolehan 22 penghargaan nasional dari berbagai pihak. Salah satunya pada tahun 2012 dan 2014 ia masuk ke dalam Indonesia Good Desain yang diselenggarakan oleh Kementerian Perindustrian Indonesia, menjadi Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Indonesia.
Selain itu, ia menerangkan, untuk bahan baku kerajinan mutiara dan kerang, dia mendapatkanya dari daerah NTB saja, seperti Bima, Lombok dan Sumba. “Kita pengepul, dari petani mutiara, dan tempat budidaya, kita memilih bahan baku yang berkualitas minimal grade A. sehingga kualitas produk kita terjamin terbaik,” katanya[]